Kamis, 11 Desember 2014

Ketahui Warna Kesukaan Rasulullah






Selama ini mungkin kita hanya mengetahui bahwa Rasulullah atau Islam identik dengan warna hijau. Namun, selain hijau apakah terdapat warna-warna lain kesukaan Rasulullah?

Annas bin Malik mengatakan, “Warna yang paling disukai oleh Rasulullah saw adalah hijau.” Namun selain itu Rasul juga ternyata menyukai warna putih. Ada juga keterangan bahwa Nabi Muhammad saw pernah memakai pakaian berwarna hitam, merah hati, kelabu dan warna campuran.

    Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berkata  ” Yang amat disukai oleh Nabi saw ialah warna putih.”

Ibnu Hajjar dalam Tanbih Al Akhbar mengatakan “Pada hari raya kami disuruh memakai pakaian berwarna hijau kerana warna hijau lebih utama. Adapun warna hijau adalah afdhal daripada warna lainnya, sesudah putih.”

Ibnu Ady meriwayatkan dari Jabir r.a yang berkata “Aku pernah melihat Nabi saw memakai serban hitam yang dipakainya pada hari raya.”

Al Baihaqi meriwayatkan hadis dari Jabir r.a katanya “Pernah Rasulullah saw berpakaian yang bercorak merah pada dua hari raya dan pada hari Jumat.”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata “Pernah Nabi saw keluar dengan kepala yang dibalut sehelai kain yang berwarna kelabu.”

Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Anas r.a, beliau pernah melihat “Nabi saw menutup kepalanya dengan kain biasa yang bercorak-corak warnanya.”

Wallahualam

Rabu, 03 Desember 2014

Apa Prioritas Utamamu?




Apakah Anda pernah merasa jengkel terhadap rekanan atau bawahan yang tidak menyelesaikan pekerjaannya karena dalih sibuk banyak kerjaan?! Banyak orang yang beralasan bahwa ia memiliki setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan, namun saat ditanya out-put apa yang sudah ia lakukan, maka hasilnya pun nihil.

Tidak sedikit Anda menjumpai dalam rutinitas harian sejumlah manusia yang mengaku sibuk namun hasil yang mereka keluarkan bukanlah hal bernilai. Betul mereka masuk kerja atau mengerjakan tugas, namun bila Anda menugaskan pekerjaan kepada mereka maka selalu saja telat karena alasan sibuk dengan pekerjaan yang tak terpegang.

Lalu pertanyaan yang muncul adalah, “Apa benar ada manusia yang sibuk?!” Boleh jadi masalah sebenarnya yang dihadapi adalah bahwa orang-orang seperti itu tidak mau mengatur waktu yang mereka miliki seoptimal mungkin.

Masing-masing manusia mendapatkan jatah waktu yang sama dari Allah S.w.t sebanyak 24 jam. Namun ada manusia yang mampu berbuat banyak hal, dan tidak sedikit manusia yang tidak melakukan apapun atas waktu yang diberikan.

Karena waktu yang tidak tertata dengan baik, maka jangankan waktu untuk keluarga, tetangga dan kerabat, untuk diri sendiri saja ia sulit mengatur waktu!

Maka mengawali pembicaraan tentang punctuality (tepat waktu) haruslah dimulai dari penataan waktu yang tepat. Banyak orang yang menghabiskan waktu di hari libur dengan memperbanyak tidur, padahal pasangan dan anak-anaknya menanti untuk bercengkrama.

Jarang sekali ia bersosialisasi di masyarakat dan keluarga serta kerabat, karena selalu pergi pagi dan pulang malam.  Mereka tidak mampu menata waktunya dengan baik. Semua orang yang berhubungan dengan dia tidak mendapatkan hak mereka.

Padahal Rasulullah S.a.w telah bersabda berkenaan dengan hal ini: Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a. bahwa ia berkata: Rasululah S.a.w bertanya kepadaku, “Wahai Abdullah, aku telah diberitahu bahwa engkau selalu puasa di siang hari, dan qiyamul lail malam harinya?” Aku menjawab, “Benar, Ya Rasulullah!”

Lalu Beliau S.a.w bersabda: “Jangan kau lakukan itu terus-menerus tapi puasalah dan berbukalah, tahajjudlah dan tidurlah! Karena sesungguhnya jasadmu punya hak atas kamu. Kedua matamu juga punya hak atasmu, istrimu punya hak atasmu, dan tetanggamu punya hak atasmu. Sesungguhnya cukup bagimu puasa sebulan tiga hari (puasa ayyamul biidh) karena setiap kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat berarti kamu seakan puasa satu tahun.”

Maka aku pun minta ditambah berat amalannya seraya berkata, “Ya Rasulullah, aku masih memiliki kekuatan untuk itu!” Beliau bersabda: “Kalau begitu, puasalah seperti puasanya Nabi Daud As dan jangan lebih dari itu!” HR. Bukhari Hadits yang dikutip di atas seolah mengisyaratkan bahwa ibadah yang tepat dilakukan pada waktu yang tepat. Karena itu, saya hendak mengajak pembaca untuk menata ulang waktu dan kegiatan yang mereka miliki sehingga mereka pandai mengatur waktu dan menjadi manusia yang unggul dalam mengelola waktu.

Di bawah ini ada sebuah ilustrasi menarik yang perlu disimak:

Dalam sebuah kuliah manajemen, seorang dosen memperagakan beberapa alat-alat sederhana seperti bejana kaca, bebatuan, kerikil, pasir dan air. Dosen tersebut mengatakan kepada para mahasiswanya bahwa ia hendak mengajarkan cara mengelola waktu yang optimal.

Dosen itu bertanya kepada murid-muridnya, “Aku akan mengisi bejana kaca ini dengan bebatuan ini!” Ia pun mengisi bejana kaca tersebut dengan bebatuan hingga penuh. Saat sudah tidak bisa lagi satu batu pun dimasukkan ke dalam bejana lalu sang dosen bertanya kepada para mahasiswa, “Apakah bejana kaca ini sudah penuh?!” Para mahasiswa serentak menjawab, “Ya!” Mendapati jawaban mereka, sang dosen berkata, “Menurutku bejana ini belum penuh!”

Dosen itu kemudian memasukkan kerikil-kerikil kecil yang mengisi ruang di dalam bejana yang tidak bisa diisi oleh bebatuan. Di antara celah bebatuan, maka kerikil-kerikil itu pun berselipan. Para mahasiswa terkesima melihat cara bagaimana dosen mencoba menjelaskan.

Begitu bejana kaca terlihat penuh, sang dosen bertanya, “Apakah bejana ini sudah penuh?!” Serentak mahasiswa yang sudah mulai paham menjawab, “Ya sudah penuh, namun masih bisa diselipkan dengan pasir!”

“Betul sekali!” jawab sang dosen. Maka sang dosen pun mengisikan pasir ke dalam bejana kaca yang sudah berisikan bebatuan dan kerikil. Ternyata pasir pun bisa dimasukkan ke dalam bejana kaca.

“Apa masih bisa dimasukkan benda selanjutnya?!” tanya sang dosen kepada mahasiswa. Bejana kaca itu kini sudah bermuatan bebatuan, kerikil dan pasir. Namun para mahasiswa mengatakan, “Coba tambahkan air ke dalam bejana itu, Pak!”

Sang dosen pun menganggukkan kepala tanda setuju. Subhanallah, rupanya bejana kaca yang awalnya dikira sudah penuh dengan bebatuan rupanya masih bisa ditata hingga dapat memuat kerikil, pasir dan air.



Mungkin para pembaca sekarang sudah memahami bahwa adakah orang yang sibuk? Ternyata sesibuk apapun, manusia bisa menghandle kegiatan dan tugas yang ia miliki. Mungkin bebatuan di atas bisa mewakili kegiatan-kegiatan utama kita.

Sedangkan kerikil adalah kegiatan bersama keluarga dan tetangga. Pasir mewakili kegiatan tertier seperti arisan, kondangan, walimah, atau apapun namanya. Sedangkan air mungkin adalah ibadah yang meliputi seluruh kegiatan yang kita lakukan.

Inilah semangat yang dipegang teguh oleh pribadi sukses bahwa setiap waktu harus berarti dan tidak terbuang secara percuma. Allah Swt berfirman:  “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Al Insyiraah [94]:7)

Bahkan Allah S.w.t yang amat sibuk dengan urusan semua makhluk menggambarkan kesibukan yang Dia S.w.t lakukan: “Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahmaan [55]:29)

Konklusinya adalah kesibukan yang kita miliki bukanlah sebuah beban, namun ia mengasah kemampuan kita untuk dapat melakukan banyak hal dengan waktu yang terbatas dan hasil yang optimal.

Karena itu banyak orang sukses yang mengatakan, “Bukan saya pintar mengatur waktu, namun karena tugas yang ada-lah yang membuat saya mampu melakukan semua hal!” Karenanya, apa Anda masih percaya ada manusia sibuk?

Senin, 01 Desember 2014

Stop Eksploitasi Anak!







Hari ini saya berkunjung kesebuah rumah sakit, membesuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama. Anaknya adalah seorang anak perempuan yang manis, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan.

Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sebagai teman mamanya..

" bu Siti ya?" (bukan nama sebenarnya) "iya " jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya

" Ayoo, bu siti, 42: 6 berapaa?"

" Kalau do'a masuk kamar mandi?"

Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya dikelas.

Ada senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian menyanyikan lagu 5x5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.

" bu siti ayo buat kalimat, saya pergi kesekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?"

Lucu?? Pintar?? Cerdas?? mungkin itu juga yang ada dibenak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.

Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya. Ya saya turut prihatin dengan penyakit yang sedang diderita oleh anaknya. Penyakit apakah gerangan? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk dan bukan pilek.

Jangan terkejut teman teman, karena saya berkunjung bukan dirumah sakit biasa, saya sedang berada dirumah sakit jiwa.

Ya, sebuah Rumah Sakit Jiwa dikawasan Jakarta Timur.

Apa yang sebenarnya terjadi??

Minggu-minggu terakhir ini sang anak sangat suka menangis. Kalau ditanya apa saja, jawabnya sering ngelantur, "7" "24:6=4" "how are you", dan jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.

Menurut psikolog, anak ini terlalu di forsir, dia mengikuti les matematika di yg target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus sekolah, les mengaji dan lain-lain sehingga mengakibatkan anak terlalu jenuh.

Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya, tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji "apa ini? huruf hijaiyyah" jadi dia menirukan gaya gurunya dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung tertekan.

Yang lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, Si anak cuma bilang..

"bunda jgn nangis, aku kan pinter, tp aku ga mau tidur sama bunda yaaa, aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja"

Dia memang tinggal di kamar vip, jadi memang ada dokter yg mengawani sehari-hari

Dan ternyata ada 5 anak kecil yang masuk rsj itu, tapi dia yg paling kecil, sisanya umur 12 tahunan, karena broken home.

Hanya dia sendiri yang mengalami gangguan akibat terlalu banyak tekanan belajar.

Sungguh kasihan

Pelajaran berharga untuk para orang tua agar tetap memperhatikan tahapan perkembangan anak, usia tk adalah usia bermain, belajarpun harus melalui permainan dan jangan korbankan anak-anak kita karena ambisi orangtuanya biarkan mereka bermain dan berikanlah kenangan masa kecil yang terindah untuk mereka!

Stop eksploitasi anak demi ambisi orang tua, naudzubillahhimindzalik.