Tentang nama MARIO TEGUH
Saat saya menerima beasiswa SMA
di Chicago dulu (1975), saya masih belum bernama Mario Teguh. Nama asli saya
adalah Sis Maryono Teguh.
·
‘Sis’,
karena ayah saya ingin saya ‘Wasis’ (bijak, Jawa), atau menjadi ‘Aziz’ (gagah,
dari Al Aziz, Asmaul Husna).
·
Maryono,
karena ‘Mar’ = Maret, dan ‘ono’ = ada; saya lahir di bulan Maret.
·
Teguh
= nama ayah saya, Gozali Teguh (mungkin kakek saya ingin ayah saya menjadi
seperti yang mulia Imam Ghazali).
Nah, Saat saya belajar di SMA
di bilangan kota Chicago (New Trier West High School, Northfield) – guru olah
raga kami sering berteriak memanggil-manggil nama saya, Sis! Siis!
Siiiiiisss!!!, karena tinggi saya yang tidak sebanding dengan rekan-rekan saya
anak-anak Amerika, dan saya sering tersangkut-sangkut di antara kaki mereka
yang tinggi-tinggi itu. Lalu beliau memanggil saya, dan bertanya:
Mr. Teguh, do you have any
other name?
Saya tanya, why?
Because, if I keep calling you
Sis, I feel like I am calling my sister! (Karena, kalau saya terus memanggilmu
Sis, saya merasa seperti memanggil saudara perempuan saya!)
Lalu, saya memberinya nama
‘Mario’Singkatan dari Maryono, yang saya gunakan sebagai nama pena kalau saya
menulis puisi di SMA di Malang, atau Mario yang berarti ‘selalu bergembira’
dalam bahasa Bugis (ibu saya, Sitti Marwiyah adalah wanita cantik dari Bugis,
Sulawesi Selatan).
Dan sejak tahun 1975 saya
dikenal sebagai Mario.
Dan entah kecerdasan apa yang
diberikan oleh Tuhan saat itu, sebagai anak muda saya melihat kesempatan untuk
menjadi pribadi baru, dari Sis Maryono yang pemalu, minder, dan sering galau
dalam rasa takut tentang masa depan, menjadi anak muda yang memberanikan diri
walau takut, merajinkan diri walau malas, dan menceriakan diri dalam
menggembirakan orang lain walau saya sendiri sedang bersedih.
Dan hari ini Anda mengenal saya
sebagai Mario Teguh, pribadi ‘buatan’ saya – yang saya bentuk dengan jerih
payah selama puluhan tahun, untuk menjadi pelayan bagi kebahagiaan sebanyak
mungkin sesama saya.
KTP, SIM, dan Pasport saya
masih bernama Sis Maryono Teguh, tapi
tanda tangan saya Mario Teguh, dan
petugas imigrasi di Bandara menyapa saya Pak Mario, seperti adik-adik memanggil
saya Om Mario, atau Ibu Linna memanggil saya Honey (madu, karena manis).
Anak muda memang banyak digoda
oleh kesenangan sementara yang tidak penting, tapi kalau mereka tegas
memihakkan diri kepada kebaikan – masa depan mereka akan damai, mampu, dan
penuh kebahagiaan.
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar