Kamis, 27 November 2014

Penduduk Surga Yang Miskin




Akan ada orang-orang yang shalat secara kontinyu namun mereka masuk neraka. Terasa tidak masuk akal bukan? Tapi ini tercatat dalam Al-Qur'an dimana Allah S.W.T. berfirman:

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
 (Q.S. Al-Maa'un:4-7)

Jadi yang dimaksud dengan orang-orang yang shalat namun masuk neraka adalah orang-orang yang shalatnya tidak konsisten. Mereka juga shalat dengan ceroboh, misalnya shalat tanpa berwudhu.

Dan mereka juga melakukan amal baik hanya untuk pamer kepada orang-orang. Jadi ketika mereka shalat, mereka melakukannya untuk pamer, agar orang-orang menganggap mereka sebagai orang saleh. Di zaman sekarang, perilaku seperti ini kadang terjadi ketika seorang pemuda ingin menikahi seorang gadis sementara keluarga gadis itu taat beragama. Untuk mengambil hati orangtua si gadis, maka pemuda itu jadi rajin shalat karena dia ingin terlihat saleh. Ketika mereka menikah, barulah sifat asli pemuda itu terlihat, kebiasaan-kebiasaan buruknya di masa lampau kembali lagi dan dia menjadi malas menunaikan shalat. Allahuakbar!

Dan mereka biasanya adalah orang-orang yang tidak mau bersedekah, mereka hanya mau menumpuk kekayaan. Pada akhirnya mereka akan berakhir di neraka.

Meski begitu, ada di antara mereka yang sebagian shalatnya tulus untuk Allah S.W.T., atau mereka melakukan suatu perbuatan ikhlas hanya untuk mengharap ridho Allah S.W.T. Dalam hadist Sahih Muslim, diriwayatkan ketika mereka dibakar di neraka, maka mereka akan memiliki tanda di dahi mereka, dan api neraka tidak bisa membakar tanda tersebut. Tanda tersebut diperuntukkan bagi mereka yang shalatnya bolong-bolong tapi tulus. Dan tanda tersebut juga mengeluarkan cahaya.

Setelah orang-orang memasuki surga, Nabi Muhammad S.A.W. terus-menerus keluar-masuk dari surga. Apa yang dilakukannya? Dia keluar dari surga dan berdo'a "Wahai Tuhanku! Masih ada sebagian umatku di api neraka, tolong selamatkan mereka. Wahai Tuhanku! Janjimu selalu Kau tepati, dan inilah janji-Mu padaku."

Allah hanya memberikan janji ini kepada Muhammad S.A.W. saja, janji ini tidak diberikan kepada nabi-nabi lainnya. Hanya Nabi Muhammad-lah yang diizinkan menyelamatkan pengikutnya. Jadi bersyukurlah kepada Allah karena kita mendapatkan hak istimewa sebagai umat Nabi Muhammad S.A.W. Itulah mengapa kita harus senantiasa mempraktekkan sunnah-nya sebaik mungkin. Mencintai Rasulullah S.A.W. bukan hanya berarti ketika ada sekelompok orang yang mencelanya, maka kita siap menghadapi mereka. Tidak! Mencintai Rasulullah S.A.W. juga berarti kita memahami siapa Rasulullah S.A.W. Ketika kita mencintai seseorang, apa yang kita lakukan? Kita senantiasa rindu padanya dan rela melakukan apa saja yang dikatakannya.

Jadi Rasulullah S.A.W. terus-menerus keluar-masuk seraya berdo'a "Umatku! Umatku! Umatku!" Kemudian Allah akan berfirman kepada para malaikat "Kabulkan permintaan rasul-Ku S.A.W. Keluarkan setiap penduduk neraka yang punya keimanan meskipun hanya seberat biji sawi!" Allah mengabulkan do'anya karena Allah sangat mencintainya.

Lalu para malaikat akan mencari mereka dan akan mengenali mereka dari tanda di dahi mereka, seperti yang disebutkan dalam hadist Sahih Muslim. Dan para malaikat akan mengeluarkan setiap orang yang memiliki tanda itu, dan mereka akan dibawa ke sebuah sungai yang bernama Nahrul Hayath (Sungai Kehidupan). Mereka dibawa kesana dalam keadaan tidak sadarkan diri dan tubuh mereka hitam karena hangus terbakar.

Kemudian mereka akan dimasukkan ke dalam sungai itu dan dimandikan, kemudian mereka ditempatkan di tepian sungai. Tiba-tiba tubuh mereka berubah dari jelek menjadi rupawan, dari gelap  menjadi cahaya. Tanda di dahi mereka akan menjadi tanda bagi penduduk surga. Penduduk surga akan tahu bahwa merekalah orang-orang yang diselamatkan dari neraka. Mereka akan tersenyum dan mencintai mereka, mereka akan disebut masakin ahlul jannah (penduduk surga yang miskin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar